![]() |
|||
PERANG DUNIA KE-1 DAN KE-2 |
Perang, sebuah istilah yang ditakuti oleh umat
manusia sejak zaman dahulu kala. Perang senantiasa meninggalkan kesan yang
membekas. Tentu saja kesan yang menyakitkan, baik bagi pihak ‘yang menang’
maupun bagi pihak ‘yang kalah’. Hati nurani seseorang yang sangat manusiawi
pasti tidak tega menghabisi nyawa orang lain. Coba tanyakan kepada pilot
pembawa ‘little boy’ dan ‘fat man’. Apa yang mereka lakukan terhadap Nagasaki
dan Hiroshima, hampir 66 tahun yang lalu, adalah sebuah dilema. Dalam hati para
pilot tersebut menangis, bahwasanya tindakan yang mereka lakukan akan
memusnahkan ribuan orang di bawah sana.
Menurut kesepakatan sejarah, perang besar pada era modern
ini telah terjadi dua kali, yakni
pada periode 1914-1918 dan periode 1939-1945.
pada periode 1914-1918 dan periode 1939-1945.
A.
Perang Dunia ke satu
Perang Dunia I atau Perang Dunia Pertama, disingkat
PD I, dan istilah-istilah dalam bahasa Inggris lainnya : "Great War",
"War of the Nations", dan "War to End All Wars" (Perang
untuk Mengakhiri Semua Perang) adalah sebuah konflik dunia, perang global yang
terpusat di Eropa, berlangsung dari 28 Juli 1914 hingga11 November
1918, yang berawal dari Semenanjung Balkan.
Perang Besar ini melibatkan semua kekuatan besar
dunia, yang terbagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Sekutu (berdasarkan
Entente Tiga yang terdiri dari Britania Raya, Perancis, dan Rusia) dan Kekuatan
Sentral (terpusat pada Aliansi Tiga yang terdiri dari Jerman, Austria-Hongaria,
dan Italia - namun, saat Austria-Hongaria melakukan serangan sementara
persekutuan ini bersifat defensif, Italia tidak ikut berperang). Kedua aliansi
ini melakukan reorganisasi (Italia berada di pihak Sekutu) dan memperluas diri
saat banyak negara ikut serta dalam perang.
Lebih dari 70 juta tentara militer, termasuk 60
juta orang Eropa, dimobilisasi dalam salah satu perang terbesar dalam sejarah
ini. Lebih dari 9 juta prajurit gugur, terutama akibat kemajuan teknologi yang
meningkatkan tingkat mematikannya suatu senjata tanpa mempertimbangkan
perbaikan perlindungan atau mobilitas. Perang Dunia I adalah konflik paling
menakutkan dan mematikan keenam dalam sejarah dunia, sehingga hal ini menjadi
pembuka jalan untuk berbagai perubahan politik, seperti revolusi di beberapa
negara yang terlibat.
Penyebab jangka panjang perang ini mencakup
kebijakan luar negeri imperialis kekuatan besar Eropa, termasuk Kekaisaran
Jerman, Kekaisaran Austria-Hongaria, Kesultanan Utsmaniyah, Kekaisaran Rusia,
Imperium Britania, Republik Perancis, dan Italia.
B.
Perang Dunia Ke Dua
Perang Dunia II mengakibatkan kematian sekitar 55 juta
orang di seluruh dunia. Perang ini adalah konflik terbesar dan paling
destruktif sepanjang sejarah. Jerman memulai Perang Dunia II dengan menginvasi
Polandia pada tanggal 1 September 1939. Inggris dan Prancis meresponsnya dengan
menyatakan perang terhadap Jerman. Pasukan Jerman menginvasi Eropa barat pada
musim semi tahun 1940. Dengan dukungan dari Jerman, Uni Soviet menduduki
negara-negara Baltik pada bulan Juni 1940. Italia, anggota Blok Poros (negara
yang bersekutu dengan Jerman), ikut terjun dalam perang pada tanggal 10 Juni
1940. Dari tanggal 10 Juli hingga 31 Oktober 1940, Nazi terlibat dalam perang
udara di langit Inggris dan akhirnya kalah. Perang ini disebut Pertempuran
Britania.
Setelah mengamankan wilayah Balkan dengan menginvasi
Yugoslavia dan Yunani pada tanggal 6 April 1941, pasukan Jerman dan para
sekutunya menginvasi Uni Soviet pada tanggal 22 Juni 1941, dan ini berarti
melanggar secara langsung Pakta Jerman-Soviet. Pada bulan Juni dan Juli 1941,
Jerman juga menduduki negara -negara Baltik. Pemimpin Soviet Joseph Stalin
kemudian menjadi pemimpin utama Sekutu pada masa perang untuk melawan Jerman
Nazi dan sekutu blok Porosnya. Selama musim panas dan musim gugur tahun 1941,
pasukan Jerman semakin merangsek masuk ke Uni Soviet. Pada tanggal 6 Desember
1941, pasukan Soviet melancarkan serangan balasan hebat. Keesokan harinya, pada
tanggal 7 Desember 1941, Jepang (salah satu kekuatan blok Poros) mengebom Pearl
Harbor, Hawaii, sehingga menyebabkan Amerika Serikat terjun ke dalam kancah
peperangan dan bersekutu dengan Inggris Raya dan Uni Soviet.
Pada
bulan Mei 1942, Angkatan Udara Kerajaan Inggris menyerang kota Cologne di
Jerman dengan ribuan pesawat pengebom, dan untuk pertama kalinya membuat
penduduk Jerman ikut merasakan perang ini. Selama tiga tahun berikutnya, angkatan
udara Sekutu secara sistematis mengebom pabrik industri dan kota-kota di
seluruh Reich, sehingga pada tahun 1945 kota-kota di Jerman hanya tinggal
reruntuhan.
A Room of one’s by
Viginia Wolf and The Waste Land by T.S. Eliot.
Feminisme
lahir awal abad ke 20, yang dipelopori oleh Virginia Woolf dalam bukunya yang
berjudul A Room of One’s Own (1929). Secara etimologis feminis berasal dari
kata femme (woman), berarti perempuan yang bertujuan untuk memperjuangkan
hak-hak kaum perempuan, sebagai kelas sosial. Tujuan feminis adalah
keseimbangan, interelasi gender. Dalam pengertian yang lebih luas, feminis
adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang
dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan,
baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya.
Teori
feminis sebagai alat kaum wanita untuk memperjuangkan hak-haknya, erat
berkaitan dengan konflik kelas ras, khususnya konflik gender. Dalam teori
sastra kontemporer, feminis merupakan gerakan perempuan yang terjadi hampir di
seluruh dunia. Gerakan ini dipicu oleh adanya kesadaran bahwa hak-hak kaum
perempuan sama dengan kaum laki-laki. Keberagaman dan perbedaan objek dengan
teori dan metodenya merupakan ciri khas studi feminis. Dalam kaitannya dengan
sastra, bidang studi yang relevan, diantaranya: tradisi literer perempuan,
pengarang perempuan, pembaca perempuan, ciri-ciri khas bahasa perempuan,
tokoh-tokoh perempuan, dan sebagainya.
Dalam
kaitannya dengan kajian budaya, permasalahan perempuan lebih banyak berkaitan
dengan kesetaraan gender. Feminis, khususnya masalah-masalah mengenai wanita
pada umumnya dikaitkan dengan emansipasi, gerakan kaum perempuan untuk menuntut
persamaan hak dengan kaum laki-laki, baik dalam bidang politik dan ekonomi,
maupun gerakan sosial budaya pada umumnya.
Menurut
Salden(1986: 130-131), ada lima masalah yang biasa muncul dalam kaitannya
dengan teori feminis, yaitu: masalah biologis, pengalaman, wacana,
ketaksadaran, dan masalah sosioekonomi. Perdebatan terpentinag dalam teori
feminis timbul sebagai akibat masalah wacana sebab perempuan sesungguhnya
termarginalisasikan melalui wacana yang dikuasai oleh laki-laki.
Pemikiran
feminis tentang kesetaraan gender sudah banyak diterima dan didukung baik oleh
kalangan perempuan sendiri maupun oleh kalangan laki-laki. Dukungan ini
terlihat melalui penerimaan masyarakat terhadap kaum perempuan di bidang-bidang
yang tadinya hanya didominasi oleh kaum laki-laki, melalui tulisan dan media.
Oleh karenanya, saya akan membahasa sebuah karya yang berkaitan erat dengan
paham feminis, yaitu A Room of one’s by
Viginia Wolf and The Waste Land by T.S. Eliot.
A.
A Room of one’s by
Viginia Wolf
Diawali dengan pertanyaan Woolf tentang perempuan dan
fiksi saat ia duduk merenung di tepi sungai. Muncullah nama-nama penulis
perempuan di masa sebelumnya seperti Jane Austen, Fanny Burney, Emily Bronté
dan Emma Bronté. Isinya seputar perempuan, tentang apa dan bagaimana rupa dan
macam-macam perempuan, tetapi bagi Woolf ada beberapa hal lain yang membuatnya
tak rela menyimpulkan bahwa karya mereka itu diperhitungkan sebagai tulisan
perempuan. Tulisan yang nyata menceritakan perempuan. Tetapi pada kenyataannya,
buku-buku romantisme seperti itulah yang tersedia untuk dibaca perempuan pada
masa itu.
Bahkan setelah masa elizabethan di Inggris, tak pernah
terlihat nama-nama penulis perempuan yang berbeda jalurnya dengan Jane Austen
di rak buku perpustakaan manapun di Inggris. Jikapun ada, nama itu bersembunyi
di balik nama samaran laki-laki seperti George Elliot. Penulis aslinya harus
rela bukunya terkenal dan dinikmati semua orang meski harus puas dengan
identitasnya sebagai anonim. Alasan utama di balik langkahnya perempuan menulis
adalah ternyata alasan ekonomi. Perempuan di masa itu walaupun berasal dari
kalangan kelas menengah atas, tidak memililki simpanan uang melainkan yang
berasal dari suaminya atau ayahnya jika ia belum menikah. Alasan ekonomi pula
yang membatasi cara berpakaian, cara bertingkah laku dan bertutur karena semua
yang ada di tubuh perempuan adalah apa yang layak bagi ayah dan suaminya.
Melalui essay yang ditulis secara autobiografis ini lah,
Woolf dengan yakin mengemukakan bahwa karya perempuan bisa lebih hebat dari apa
yang ditulis Shakespeare jika saja perempuan mampu menuangkan cerita walaupun
para laki-laki akan menganggapnya remeh temeh dan terlalu domestik. Bukan tidak
mungkin justru dengan keremehtemehan dan kedomestikannya menjadikan tulisannya
begitu nyata dan reflektif bagi pembacanya, terutama perempuan yang tahunya hanya
punya takdir sebagai istri bangsawan atau istri petani.
Yang dibutuhkan perempuan hanyalah uang dan ruang bagi
dirinya untuk duduk dan menulis fiksi. Ini tentunya bukan ungkapan klise dan
materialistis. Uang adalah satu-satunya alat untuk membebaskan diri dan mencari
ruang yang jauh dari ranah domestik, ruang seribu buku, ruang pendidikan, ruang
yang dapat dipenuhi oleh buah pemikiran sendiri tanpa ada tekanan dari
otoritas.
A.
The Waste Land by T.S.
Eliot
Ada
semacam nada sendu atau kemuraman dalam beberapa puisi yang ditulis oleh
seorang penyair Amerika berkebangsaan Inggris ini. Nada yang membelot dari
semangat zaman romatisisme yang pada saat itu menjadi primadona, khususnya di
Amerika. Namun, T.S Elliot seolah keluar dari mainstream yang ramai-ramai
diusung kebanyakan sastrawan Amerika. Elliot banyak menampakan kegetiran dan
sikap putus asa dalam memandang kehidupan.
Thomas
Stearns Elliot dilahirkan pada tanggal 26 september tahun 1888. Ia lahir dari
keluarga kelas menengah, di mana sang ayah adalah seorang pengusaha yang cukup
sukses, dan sang ibu merupakan seorang aktivis sosial. Bisa dibilang bakat
menulis Elliot diturunkan dari ibunya yang juga memiliki hobi menulis. Elliot
dibesarkan oleh tradisi religious dan pendidikan yang kuat. Namun, masa kecil Elliot
memang cukup berat. Sejak kecil, Elliot memiliki keterbatasan fisik. Ia
menderita penyakit hernia bawaan. Hal itulah yang membuat Elliot
kecil tidak banyak ikut berpartisifasi dalam aktivitas fisik dan cenderung
dikucilkan teman sebayanya. Namun keterbatasan itulah yang membuat Elliot
mengalihkan perhatiannya pada dunia sastra, dan pengalaman masa lalu itulah
yang menjadi tema favoritnya dalam setiap karyanya. Pengalaman kelam masa kecil
itu ternyata masih terbawa di masa Elliot dewasa. Kegagalan dalam perkawinan
dan tentu saja dampak Perang Dunia I, menjadi tema – tema yang diusung
kepermukaan.
Abad
20 menjadi era di mana modernism sangat berkembang pesat, terutama di Amerika.
Modernitas banyak memengaruhi kebanyakan orang Amerika, termasuk para sastrawan.
Perkembangan teknologi dan pola pikir matrealistik menjadi begitu kuat merasuk
cara pandang manusia modern. Namun tentu saja, ada konsekuensi lain yang
mengendap tak terasa. Di mana ketika kebutuhan materialistik yang terus
dikejar, maka di sisi lain kebutuhan akan spiritualitas menjadi semakin
terabaikan. Potret inilah yang ingin disampaikan oleh Elliot melalui tema-tema
karya —terutama puisi— yang ia buat. Kebudayaan modern inilah yang menurutnya,
membiarkan relativisme kultural berkembang menjadi sumber konflik sosial,
ideologis dan intelektual yang tak habis-habis.
Puisi Mistis dan Pesimistis Ala
T.S Eliot
Eliot
mengklaim bahwa seorang penyair haruslah menjadi seorang ‘metaphysical poet’,
yang mana dalam setiap karyanya harus menjadi semakin menyeluruh, lebih allusif
lebih tersirat, supaya bisa mendorong atau bahkan menghilangkan bahasa yang
penuh arti, yakni salah satunya dengan ‘keangkuhan’. Sikap itu memang terlihat
nyata pada puisi-puisi Eliot, yang pada kali ini saya hendak mewakilkannya dengan
dua puisi yang mengangkat namanya menjadi salah satu penyair paling berpengaruh
pada abad 20, yaitu The Love Song of J. Alfred, The Waste Land,
Akan
tetapi saya akan membahas karyanya yang berjudul “ The Waste Land”. Puisi yang
bisa dibilang masterpiece-nya, karena telah membuat namanya melambung ini
dipersembahkan Eliot buat sahabat dekatnya: Ezra Pound. Kebanyakan kritikus
sastra menganggap bahwa puisi ini begitu allusive dan kompleks. Karena, dalam
menafsrikannya paling tidak ada tiga tahapan interpretasi. Ketiga tahapan itu
menyangkut: Personal, Masyarakat, Humanisme. Dalam personal interpretasi, ada
semacam ekspresi atau intenssi dari apa yang dirasakan oleh Eliot sendiri. Pada
karyanya ini Elioty lebih pada bagaiamana Eliot memosisikan dirinya sebagai
seorang yang terlibat di dalam sebuah masyarakat. Dan interpretasi humanisme
itu lebih menghubungkan manusia pada keadaan masa lalu, sekarang dan masa
depan.
Dalam
puisi ini, tradisi klasik yang dianut Eliot cukup menonjol. Dalam beberapa bait
dalam puisinya ini, dia memakai larik berbahasa latin, sebagai penanda masa
lalu dia yang banyak terpengaruh oleh mitologi Romawi dan Yunani. Puisi ini
menjadi begitu kompleks, karena Eliot pun mencatumkan larik berbahasa Jerman
dan bahasa Sanskerta yang mencirikan kompleksitas dirinya yang pernah
mempelajari filsafat Jerman dan Sanskri. Dalam penutup puisinya ini, Eliot
menyebutkan diksi ‘ Shantih’ itu sebanyak tiga kali. Dalam teologi Hindu,
penyebutkan kata ‘Shanthi’ sebagai tiga kali itu merupakan sebuah ritual
‘Upanishad’.
Dibeberapa
karyanya, paling tidak Eliot menghadirkan sisi tradisionalnya, sebagai bentuk
perlawanan terhadap modernitas yang mulai menggerogoti pemikiran tradisional.
Sisi tradisional itu terutama dicirikan oleh penggunakan diksi-diksi mistik
dalam puisinya yang berbaur mesra dengan tema pesimisme yang diusungnya.
No comments:
Post a Comment