Bandung
- Perusahaan keamanan komputer yang berbasis di AS, FireEye, merilis sebuah
laporan setebal 69 halaman tentang aktivitas hacker yang mereka sebut dengan
APT (Advanced Threat Persistent) 30, yang menargetkan perusahaan-perusahaan di
Asia Tenggara dan India.
Kelompok
hacker ini diduga disponsori oleh pemerintah China, karena banyak bukti
mengarah ke China. Yang menarik, mereka ternyata sudah memata-matai Asia sejak
10 tahun terakhir. Targetnya adalah pemerintah, wartawan dan perusahaan di
kawasan Asia.
Para
hacker menggunakan perangkat lunak berbahaya atau malware untuk mengakses
komputer di seluruh Asia Tenggara dan India yang memiliki informasi tentang
politik, ekonomi dan militer. Negara-negara ASEAN disinyalir juga menjadi
target incaran, termasuk Indonesia.
Laman
CNN melaporkan, APT 30 telah beroperasi
sejak 2005. Mereka melakukan serangan
melalui spear phishing, atau mengirim email yang berisi lampiran
(attachment) berbahaya atau link berbahaya.
"Analisis
kami tentang APT 30 menjelaskan bagaimana kelompok hacker dapat menyusup
terus-menerus di seluruh wilayah dan benua, dengan sedikit atau tanpa harus
mengubah modus operandi mereka," kata laporan itu.
Benarkah
China dalang di balik aksi ini?
Pada
tahun 2013, perusahaan keamanan Mandiant membongkar aksi kelompok hacker yang
terkait dengan militer China, bahkan berhasil mengidentifikasi
kantor di Shanghai.
Departemen
Kehakiman AS kemudian mendakwa lima orang dari kelompok tersebut. Mereka
dituduh melanggar hukum federal terkait aksi hacking untuk
memata-matai dan mencuri informasi rahasia. Mandiant kemudian diakuisisi oleh
FireEye tahun lalu.
Dalam
kasus APT 30, memang bukti yang mengindikasikan China punya hubungan dengan
kelompok hacker itu tidak banyak. Tapi FireEye sangat mencurigai China berada
di balik serangan ini.
"Upaya
tersebut berkelanjutan direncanakan, ditambah dengan target dan misi regional
kelompok, sehingga kami percaya bahwa kegiatan ini disponsori negara -
kemungkinan besar oleh pemerintah China," kata FireEye.
China
sendiri telah lama membantah bahwa mereka terlibat dalam aksi hacking.
Pemerintah bersikeras bahwa China adalah korban dari banyak serangan cyber -
yang kebanyakan berasal di Amerika Serikat.
"Pemerintah
China melarang tegas segala bentuk serangan hacker," kata Hong Lei, juru
bicara China Departemen Luar Negeri menanggapi laporan FireEye.
"Sikap
kami jelas: Hacking adalah masalah global yang membutuhkan respon global yang
didasarkan pada kerjasama, bukan tuduhan tidak berdasar dan kecurigaan,"
tandasnya.
No comments:
Post a Comment