“Sir Gawain and the
Green Knight” and “Canterbury Tales”
![]() |
Pada
pertemuan sebelumnya kita telah membahas sejarah bangsa Inggris pada Zaman Kelt
dan Zaman Anglo-Saxon. Kali ini saya akan membahas Bangsa Inggris pada Zaman
Anglo-Prancis. Pemerintahan Edward the Confessor dan Penaklukan oleh Normandia.
Pada zaman itu Inggris berdiri sendiri dibawah kepemimpinan Edward the
Confessor setelaha hubungan antara Inggris dan Denmark menjadi jauh, karena
Edward ini lebih berorientasi kepada Prancis, sejak kecil Edward tinggal di
Normandia dan sangat tertarik kepada agama. Selain tiu
Edward sendiri memunyai darah keturunan Normandia dari ibunya.
Edward sendiri memunyai darah keturunan Normandia dari ibunya.
Ketika
Edward menduduki tahta inggris, ia mengangkat orang-orang Normandia dalam
kedudukan tertingi baik di lingkungan pemerintahan maupun gereja. Maka pada
saat itu inggris dikuasai oleh oleh Normandia, pada masa pemerintahannya selama
lebih dari 20 tahun mengalami peningkatan dalam bidang agama,seperti
pembangunan greja besar Westminter Abbey, akan tetapi pada bidang kebudayaan
dan kesusatraan mengalami kemunduran. Itu terjadi sejak penyerbuan Skandinavia
yang terakhir selama pemerintahan Edward dan juga zaman sesudah penaklukan
Normandia.
A. Akibat
Penaklukan oleh Normandia
Daerah Prancis yang
disebut Normandia sesungguhnya dikuasai oleh keturunan Skandivia yang menyerbu
negeri tersebut pada tahun 1066 sekitar abad ke-10, yang menaklukan bangsa
Saxon, Viking Inggris, Wales dan Irlandia. Mereka juga memberi pengaruh besar
bagi masa depan Inggris. Bangsa Norman adalah para penguasa Denmark yang hidup
di Normandia sejak tahun 900. Raja Prancis tidak berhasil mengusir orang-orang
Skandinava itu sehingga ia terpaksa membuat perjanjian dengan mereka dan
memberinya daerah yang kemudin disebut Normandia. Daerah itu diperintah oleh
seorang “duke” yang secara formal adalah bawahan atau “yassal” raja Prancis.
Tetapi dalam kenyataannya Normandia boleh dikatakan suatau Negara merdeka.
Orang-orang
Normandia tidak mempertahankan budaya mereka malahan mereka mengadopsi kebudayaan Prancis termasuk bahasa,
agama, maupun adat-istiadatnya. Mereka juga meniru feodalisme seperti yang ada
di Prancis, yaitu feodalisme yang ketat. Para ‘baron” yang diberi kuasa atas
daerah-daerhnya bagian Normandia sebagai “feudum” asalkan memberikan upeti dan
wajib militer kepada Duke. Wajib militer tersebut ditetapkan 40 hari dalam
setahun, bila dibandingkan masyarakat Normandia ini tidak sebebas masyarakat
pada Zaman Anglo-Saxon. Akan tetapi masyarat Normandia lebih terorganisasi,
lebih efisien dalam kedamaian maupun untuk menghadapi perang, begitupun dalam
bidang politiknya.
Para “Earls”
Anglo-Saxon yang berkuasa tidak mengadakan perlawanan terhadap William setelah
kemenangan yang didapatkannya di Hastings, karena para earls mengira bahwa
mereka akan tetap berkuasa di daerah masing-masing, siapapun yang menduduki
tahta inggris. Tetapi dugaan mereka keliru, serbuan ke Inggris yang dipimpin
oleh William itu adalah suatu “perkongsian”, setelah kemenangan tersebut maka diangkatlah
William menjadi raja inggris. Sejak saat itulan penyitaan tanah milik
orang-orang Anglo Saxon yang mula-mula diselatan kemudian ke bagian utara,
bahkan penyitaan tanah tersebut bukan hanya milik bangswan saja akan tetapi
milik rakyat.
Dalam menjalankan
kekuasaanya dan untuk memudahkan administrasi Negara, William memperkuat
“shires” yang sudah ada dengan membentuk shires yang baru dengan memecah belah
daerah-daerah seperti Wessex, Mercia, dan Northumbria, yang dahulunya dikuasai
oleh Erals yang dianggapnya terlalu luas. Dalam administari Negara tersbut
William melakukan “Domesday Survey” yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta
terperinci mengenai seluruh kekayaan yang ada di Inggris baik berupa tanah,
manusia, maupun binatang ternak.
Salah satu akibat
penaklukan oleh Normandia yang tidak kalah pentingya yaitu bahasa inggris,
golongan atas Normandia dan Prancis masih menggunakan bahasa Prancis, bahasa
Inggris pada saat itu hanya digunakan oleh orang-orang bawahan, yaitu
orang-orang Anglo Saxon. Seiiring berjalannya waktu, orang-orang Anglo Saxon
mulai berhasil meningkatkan kedudukan social mereka, maka ketika abad ke-14
bahasa inggris akhirnya berhasil mendesak bahasa prancis dan kembali merupakan
bahasa tunggal diseluruh Negara.
B. Raja-Raja Anglo-Norman Sesudah
William
William
I atau William the conqueror (sang penakluk) yang meninggal pada tahun 1087,
telah mewariskan kepada putera tertuanya, yaitu Willian Rufus atau William II
(1087-1100). Dibawah kepemimpinan William Rufus terjadi sengketa antara raja
dan gereja, konflik tersebut masih berlanjut ketika William Rufus meninggal dan
digantikan oleh Henry I (1100-1135). Pada zaman Henry I diadakan pembedaan
fungsi antar “Consilium” atau “great council” (Dewan Agung) dan “curia” yang
sebelumnya disamakan saja, badan tersebut merupakan suatu dewan para pemegang
Feudum utama yang berfungsi sebagai penasehat dan menerima berbagai macam tugas
dari raja.
Suasana
baik yang berhasil diciptakan oleh Henry I kembali terganggu setelah ia
meniggalpada tahun 1135. Maka dipilihlah Stephan of Blois menjadi raja oleh
para “barons” karena putera Henry satu-satunya meninggal 15 tahun sebelumnya
ketika menyebrangi selat channel. Sebelumnya Henry telah memaksa para barons
untuk bersumpah setia kepada puterinya Matilda, kemudian para barons dan Henry
menikahkan puterinya dengan Geoffry Plantagenet “count” dari Anjou di Prancis.
Setelah dipilihnya Stephan menjadi penggari Henry I, keluarga Plantagenet tidak
tinggal diam, hingga terpecahlah persengketaan berlarut-larut selama
pemerintahan Stephan. Setahun sebelum kematian Stephan pada tahun 1154, Stephan
dan isterinya Matilda yang menjamin bahwa puternya Henry akan menjadi raja
inggris, setelah kematian Stephan. Maka pada tahun 1154 Henry II dinobatkan
menjadi raja Inggris, yang merupakan raja pertama dari keturunan Plantagenet.
Pemerintahan Henry II (1154-1189), sebagai
cout of Anjou telah menguasai daerah-daerah luas di Prancis yang meliputi lebih
dari separuh negeri itu, melalui perkawinan, diplomasi dan peperangan. Selain
itu, melalui hokum, hnery II telah berhasil memperkuat pemerintahan kerajaan,
yang merupakan suatu hal yang sangat diinginkan golongan menengah dan bawahan
waktu itu. Anarki feudal telah dapat dicegah sebelum sempat menimbulkan
akibat-akibat yang lebih serius. Dalam segala tindakannya Henry II dibantu oleh
kaum bangswan sehingga mereka saling memercayai.
Ketika
henry II berhasil mencegah anarki dalam kerajaannya, justru kegagalan yang
terjadi untuk mencegah keluarganya sendiri, kedua puteranya memberontaknya pada
tahun 1188 dengan bantuan raja Prancis. Pengkhianatan kedua puternya membuatnya
kecewa, dan satu tahun berikutnya Henry II meninggal, yang kemudian digantikan
oleh puteranya, Richard I atau lebih dikenal Richard the Lion Hearted, yang
lebih dikenal dengan tokoh perang salaib daripada sebagai raja inggris.
PERANG SALIB, dimulai
pada tahun 1096dan terputus-putus berlangsung selama dua abad. Perang ini
bertujuan untuk merenut kembali Jerusalem dari tangan pemeluk agama islam yang
dikabarkan telah memberikan perlakuan kurang baik kepada para peziarah Kristen
ke tanah suci. Berikut terjadinya peang salib,
ü Perang
Salib I (1096-1099), berlangsung selama 3 tahun, dan berhasil merebut Tanah
Suci dari Bangsa Turki.
ü Perang
Salib II (1147-1150), yang gagal mengusir orang-orang Islam yang telah
menduduki kembali ke Tanah Suci.
ü Perang
Salib III (1189-1192), yang juga tidak berhasil merebut Jerusalem dari tangan
Sultan Saladin dari Mesir, dan Raja Richard I dari Inggris menjadi termasyur
sebagai seorang pemimpin perang yang tangguh.
Meskipun
perang salin tidak berhasil mencapai tujuannya dalam merebut Jerusalem, namun
akibat perang tersebut telah memperkaya dan memperluas pengalaman serta
pandangan mental orang-orang Eropa Barat, yang secara langsung berkenalan dengan
kebudayaan orang Timur yang pada masa itu lebih maju.
Pemerintahan
Richard I (1189-1199), yang dikenal sebagai raja Perang Salib III, tidak
tertarik kepada kepada persoalan pemerintahan, bahkan selama pemerintahaannya
ia hanya 6 bulan hadir ke Inggris, hak-hak khusus sebagai raja ia gadaikan kepada adiknya John, dan
bangswan-bangsawan kaya.
Sebuah
karya sastra yang terkenal pada masa itu diantaranya, Sir Gawain and Green Knight dan The
Canterbury Tales, yang akan saya coba paparkan dengan rinci dan jelas.
A. Sir
Gawain and Green Knight
Sebuah karya Puisi yang dibuka dengan akun mitologi pendirian Inggris.
Cerita dimulai pada waktu Natal di istana Raja Arthur di
Camelot. Ksatria Meja Bundar bergabung, Arthur dalam perayaan liburan dan Ratu Guinevere
memimpin di tengah-tengah mereka. Para bangsawan dan
wanita dari Camelot telah berpesta selama lima belas hari, dan sekarang adalah
Hari Tahun Baru. Semua orang berpartisipasi dalam permainan Tahun Baru,
bertukar hadiah dan ciuman. Ketika pesta malam itu, Arthur memperkenalkan
permainan baru,
ia menolak untuk makan malam sampai ia mendengar cerita yang luar biasa.
Sementara tuan dan
wanita pesta, dengan keponakan Arthur, Gawain dan Guinevere duduk bersama-sama di tempat
istimewa di meja tinggi, Arthur terus menunggu keajaiban itu. Seolah-olah untuk
menjawab permintaan Arthur, seorang ksatria yang tidak diketahui tiba-tiba
memasuki ruangan
di atas kuda. Ksatria raksasa memiliki wajah aneh. Setiap bagian dari kostum yang rumit nya berwarna
hijau, dengan bercampur
emas. Kuda besar berwarna hijau, Dia memegang bob suci di satu tangan dan satu kapak hijau
dan emas besar yang lain.
Tanpa
memperkenalkan dirinya, ksatria menuntut orang-orang untuk bertanggung jawab. Pertanyaannya membuat
semua orang terdiam, menunggu
Arthur untuk merespon. Arthur melangkah maju, mengundang kesatria untuk bergabung pesta
dan menceritakan kisah setelah ia telah turun dari kudanya. Ksatria menolaknya, ia menjelaskan bahwa ia datang untuk memeriksa pengadilan
Arthur, karena ia telah mendengar begitu banyak tentang ksatria
unggulannya. Dia mengaku datang dengan damai, tetapi ia menuntut untuk terlibat
dalam permainan. Arthur mengasumsikan ksatria pada beberapa jenis tempur dan
menjanjikan dia berkelahi. Namun, ksatria menjelaskan bahwa ia tidak memiliki
kepentingan dalam pertempuran dengan ksatria muda dan kecil tersebut.
Sebaliknya, dia ingin bermain di mana seseorang akan menyerangnya dengan kapak
sendiri, dengan pengertian bahwa dia bisa menyerang kembali dengan pukulannya yang persis.
Kondisi aneh dari
permainan mengejutkan semua. Green Knight mulai mempertanyakan reputasi pengikut
Arthur, mengklaim bahwa kegagalan mereka untuk merespon, membuktikan bahwa mereka pengecut. Sir Gawain berdiri dan meminta agar dia diperbolehkan untuk
mengambil tantangan tersebut. Raja setuju, dan Gawain membacakan persyaratan
permainan untuk menunjukkan Green Knight bahwa ia memahami perjanjian yang
telah dilakukan. Green Knight pun setuju lalu membungkukan dirinya ke tanah, memperlihatkan lehernya. Gawain mengangkat
kapak, dan dalam satu tebasan kapaknya ia memutuskan kepala Green Knight. Arthur dan Gawain memutuskan untuk menggantung
kapak
dan kepala Green Knight di atas
podium. Merekapun
kemudian kembali melanjutkan pesta dan perayaan.
Analisis:
Tema : Seorang kesatria yang yang patuh
dan tangguh. Dia memiliki sikap kesopanan, kemurahan, serta tanggung jawab
kepada rajanya.
Tokoh dan Penokohan :
a. Sir
Gawain - Tokoh ksatria yang tangguh dan patuh, merupakan keponakan Arthur dan
salah satu ksatria yang paling setia.
b. Green
Knight - Seorang pengunjung misterius ke Camelot. Dengan penampilan yang aneh.
c. Bertilak
of Hautdesert - Tokoh yang baik hati penguasa kastil.
d. Istri
Bertilak - istri Bertilak yang mencoba untuk merayu Gawain setiap hari selama
tinggal di kastil.
e. Morgan
le Faye – Morgan digambarkan sebagai penyihir yang kuat.
f. Raja
Arthur - Raja Camelot, yang tidak berani melawan tantangan dari Green Knight.
g. Ratu
Guinevere - istri King Arthur yang masih muda dan cantik.
B. The
Canterbury Tales
The Canterbury Tales
merupakan sebuah koleksi cerita yang ditulis oleh Geoffrey Chaucer
pada abad ke-14 (dua dalam bentuk prosa atau gancaran dan
yang lainnya dalam bentuk puisi atau syair). Cerita-cerita ini yang beberapa di
antaranya adalah cerita asli dan yang lain tidak, terkandung dalam sebuah
cerita bingkai dan diceritakan oleh para peziarah yang berada dalam perjalanan
dari Southwark ke Canterbury untuk mengunjungi monumen Santo Thomas Becket di
dekat Katedral Canterbury. The Canterbury Tales ditulis dalam bahasa Inggris
Pertengahan.
Daftar Cerita:
1. The General Prologue
2. The Knight's Tale
3. The Miller's Prologue and Tale
4. The Reeve's Prologue and Tale
5.
The
Cook's Prologue and Tale
6. The Man of Law's Prologue and Tale
7. The Wife of Bath's Prologue and Tale
8. The Friar's Prologue and Tale
9. The Summoner's Prologue and Tale
10. The Clerk's Prologue and Tale
11. The Merchant's Prologue and Tale
12. The Squire's Prologue and Tale
13. The Franklin's Prologue and Tale
14. The Physician's Tale
15. The Pardoner's Prologue and Tale
16. The Shipman's Tale
17. The Prioress' Prologue and Tale
18. Chaucer's Tale of Sir Topas
19. The Tale of Melibee
20. The Monk's Prologue and Tale
21. Chanticleer and the Fox
22. The Second Nun's Prologue and Tale
23. The Canon's Yeoman's Prologue and Tale
24. The Manciple's Prologue and Tale
25. The Parson's Prologue and Tale
26. Chaucer's Retraction
Beberapa cerita
sifatnya serius dan yang lain humoristis. Namun semuanya sangatlah jitu dalam
melukiskan sifat dan keburukan karakteristik manusia.
Penyalahgunaan agama juga merupakan tema utama.
Selain itu Chaucer juga memberi perhatian khusus terhadap
tiga pembagian utama masyarakat yang terdiri atas kaum rohaniwan, bangsawan,
dan petani. Sebagian besar cerita-cerita ini berhubungan dengan tema-tema yang mirip
dan beberapa di antaranya diceritakan sebagai pembalasan bagi beberapa cerita
yang telah dikisahkan oleh beberapa tokoh dalam bentuk argumentasi.
Beberapa contoh cerita dalam The Canterbury Tales.
1.
"The
Knight's Tale" (bahasa Inggris Pertengahan: The Knightes Tale)
Adalah kisah pertama dalam The Canterbury Tales karya
Geoffrey Chaucer. Arcite dan Palamon memiliki hubungan saudara yang dekat, namun mereka
ditangkap dan dipenjarakan oleh Theseus, adipati Atena.
Sel mereka terletak di sebuah menara yang berpemandangan
kebun istana. Suatu hari, Palamon bangun pagi dan melihat Emily di halaman,
raungannya terdengar oleh Arcite, yang selanjutnya bangun
dan melihat Emily, dan juga jatuh cinta kepadanya.
Persaingan akibat cinta membuat Arcite dan Palamon saling
membenci. Arcite dilepaskan dari penjara, lalu kembali ke Atena diam-diam untuk
bekerja di rumah tangga Emily. Palamon lalu melarikan diri dan bertemu dengan Arcite.
Mereka berusaha bertempur, namun Theseus datang, yang
menyuruh mereka mengumpulkan orang dan saling berperang. Pemenang dari
pertempuran itu akan menikahi Emily. Pasukan telah terkumpul, Palamon berdoa agar Emily menjadi istrinya, Emilypun berdoa untuk tidak menikah dan jika mungkin ia ingin menikah dengan orang yang ia
cintai, dan Arcite berdoa untuk menang. Arcite memenangkan
pertempuran, namun tewas sebelum ia dapat mengambil hadiahnya, sehingga
Palamon-lah yang menikahi Emily.
2.
"The
Wife of Bath's Tale" (bahasa Inggris Pertengahan: The Wyves Tale of Bathe)
adalah salah satu dari kisah dalam The Canterbury Tales
karya Geoffrey Chaucer. The Wife of Bath's Tale berkisah mengenai ksatria di
istana Raja Arthur yang memperkosa seorang perempuan di ladang gandum. Menurut
hukum, ia harus dihukum mati, namun sang ratu menjadi pengantara, dan menghukum
sang ksatria dengan menyuruhnya pergi mencari jawaban dari pertanyaan "apa
yang paling diinginkan oleh perempuan?"
Sang ratu memberikannya waktu satu tahun untuk
menemukannya. Jika ia gagal untuk memuaskan ratu dengan jawabannya, sang
ksatria akan mati. Ia mencari, namun setiap perempuan yang ia temui menyatakan
hal-hal yang berbeda, dari kekayaan hingga pujian. Satu tahun kemudian, dalam
perjalanannya kembali, ia bertemu dengan seorang perempuan tua. Perempuan itu
berkata akan memberi tahu jawaban dari pertanyaan tersebut jika sang ksatria
berjanji melakukan apapun yang diinginkan oleh perempuan itu. Sang ksatria
setuju, lalu mereka kembali ke istana. Ia menjawab di depan ratu bahwa apa yang paling
diinginkan oleh perempuan adalah kekuasaan terhadap suami mereka, dan ratu
menerima jawaban tersebut sebagai jawaban yang benar. Sebagai hadiah, perempuan
tua itu meminta sang ksatria menikahinya. Ia menentang, namun tidak dapat
menghindar, dan pernikahan berlangsung pada hari berikutnya. Pada malam
pertama, sang ksatria menyatakan ia tidak senang karena perempuan itu jelek dan
berasal dari keluarga golongan rendah. Sang Ksatria memberikan pilihan kepada
istrinya. Merasa senang karena memperoleh kekuasaan atas suaminya, perempuan itu
menjadi cantik dan setia, dan mereka hidup bahagia bersama suaminya.
Dari
kedua cerita diatas Selalu ada kesamaan. Dalam hal ini cerita dari The
Canterbury Tales yang ditulis oleh Chaucer dan Sir Gawain dan Green Knight
ditulis anonim keduanya memiliki kesamaan dari ksatria. Tema kedua cerita
adalah pertempuran dalam setiap ksatria. Tapi dalam kasus kontroversial, dua
ksatria di setiap cerita tersebut memiliki perbedaan-perbedaan mereka.
No comments:
Post a Comment