Tuesday, 21 April 2015

Analisis Sir Gwain and The Green Knight and Canterbury Teles

“Sir Gawain and the Green Knight” and “Canterbury Tales”
 


            Pada pertemuan sebelumnya kita telah membahas sejarah bangsa Inggris pada Zaman Kelt dan Zaman Anglo-Saxon. Kali ini saya akan membahas Bangsa Inggris pada Zaman Anglo-Prancis. Pemerintahan Edward the Confessor dan Penaklukan oleh Normandia. Pada zaman itu Inggris berdiri sendiri dibawah kepemimpinan Edward the Confessor setelaha hubungan antara Inggris dan Denmark menjadi jauh, karena Edward ini lebih berorientasi kepada Prancis, sejak kecil Edward tinggal di Normandia dan sangat tertarik kepada agama. Selain tiu
Edward sendiri memunyai darah keturunan Normandia dari ibunya.
            Ketika Edward menduduki tahta inggris, ia mengangkat orang-orang Normandia dalam kedudukan tertingi baik di lingkungan pemerintahan maupun gereja. Maka pada saat itu inggris dikuasai oleh oleh Normandia, pada masa pemerintahannya selama lebih dari 20 tahun mengalami peningkatan dalam bidang agama,seperti pembangunan greja besar Westminter Abbey, akan tetapi pada bidang kebudayaan dan kesusatraan mengalami kemunduran. Itu terjadi sejak penyerbuan Skandinavia yang terakhir selama pemerintahan Edward dan juga zaman sesudah penaklukan Normandia.

A.    Akibat Penaklukan oleh Normandia
Daerah Prancis yang disebut Normandia sesungguhnya dikuasai oleh keturunan Skandivia yang menyerbu negeri tersebut pada tahun 1066 sekitar abad ke-10, yang menaklukan bangsa Saxon, Viking Inggris, Wales dan Irlandia. Mereka juga memberi pengaruh besar bagi masa depan Inggris. Bangsa Norman adalah para penguasa Denmark yang hidup di Normandia sejak tahun 900. Raja Prancis tidak berhasil mengusir orang-orang Skandinava itu sehingga ia terpaksa membuat perjanjian dengan mereka dan memberinya daerah yang kemudin disebut Normandia. Daerah itu diperintah oleh seorang “duke” yang secara formal adalah bawahan atau “yassal” raja Prancis. Tetapi dalam kenyataannya Normandia boleh dikatakan suatau Negara merdeka.
Orang-orang Normandia tidak mempertahankan budaya mereka malahan mereka mengadopsi kebudayaan Prancis termasuk bahasa, agama, maupun adat-istiadatnya. Mereka juga meniru feodalisme seperti yang ada di Prancis, yaitu feodalisme yang ketat. Para ‘baron” yang diberi kuasa atas daerah-daerhnya bagian Normandia sebagai “feudum” asalkan memberikan upeti dan wajib militer kepada Duke. Wajib militer tersebut ditetapkan 40 hari dalam setahun, bila dibandingkan masyarakat Normandia ini tidak sebebas masyarakat pada Zaman Anglo-Saxon. Akan tetapi masyarat Normandia lebih terorganisasi, lebih efisien dalam kedamaian maupun untuk menghadapi perang, begitupun dalam bidang politiknya.
Para “Earls” Anglo-Saxon yang berkuasa tidak mengadakan perlawanan terhadap William setelah kemenangan yang didapatkannya di Hastings, karena para earls mengira bahwa mereka akan tetap berkuasa di daerah masing-masing, siapapun yang menduduki tahta inggris. Tetapi dugaan mereka keliru, serbuan ke Inggris yang dipimpin oleh William itu adalah suatu “perkongsian”, setelah kemenangan tersebut maka diangkatlah William menjadi raja inggris. Sejak saat itulan penyitaan tanah milik orang-orang Anglo Saxon yang mula-mula diselatan kemudian ke bagian utara, bahkan penyitaan tanah tersebut bukan hanya milik bangswan saja akan tetapi milik rakyat.
Dalam menjalankan kekuasaanya dan untuk memudahkan administrasi Negara, William memperkuat “shires” yang sudah ada dengan membentuk shires yang baru dengan memecah belah daerah-daerah seperti Wessex, Mercia, dan Northumbria, yang dahulunya dikuasai oleh Erals yang dianggapnya terlalu luas. Dalam administari Negara tersbut William melakukan “Domesday Survey” yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta terperinci mengenai seluruh kekayaan yang ada di Inggris baik berupa tanah, manusia, maupun binatang ternak.
Salah satu akibat penaklukan oleh Normandia yang tidak kalah pentingya yaitu bahasa inggris, golongan atas Normandia dan Prancis masih menggunakan bahasa Prancis, bahasa Inggris pada saat itu hanya digunakan oleh orang-orang bawahan, yaitu orang-orang Anglo Saxon. Seiiring berjalannya waktu, orang-orang Anglo Saxon mulai berhasil meningkatkan kedudukan social mereka, maka ketika abad ke-14 bahasa inggris akhirnya berhasil mendesak bahasa prancis dan kembali merupakan bahasa tunggal diseluruh Negara.

B.     Raja-Raja Anglo-Norman Sesudah William
William I atau William the conqueror (sang penakluk) yang meninggal pada tahun 1087, telah mewariskan kepada putera tertuanya, yaitu Willian Rufus atau William II (1087-1100). Dibawah kepemimpinan William Rufus terjadi sengketa antara raja dan gereja, konflik tersebut masih berlanjut ketika William Rufus meninggal dan digantikan oleh Henry I (1100-1135). Pada zaman Henry I diadakan pembedaan fungsi antar “Consilium” atau “great council” (Dewan Agung) dan “curia” yang sebelumnya disamakan saja, badan tersebut merupakan suatu dewan para pemegang Feudum utama yang berfungsi sebagai penasehat dan menerima berbagai macam tugas dari raja.
Suasana baik yang berhasil diciptakan oleh Henry I kembali terganggu setelah ia meniggalpada tahun 1135. Maka dipilihlah Stephan of Blois menjadi raja oleh para “barons” karena putera Henry satu-satunya meninggal 15 tahun sebelumnya ketika menyebrangi selat channel. Sebelumnya Henry telah memaksa para barons untuk bersumpah setia kepada puterinya Matilda, kemudian para barons dan Henry menikahkan puterinya dengan Geoffry Plantagenet “count” dari Anjou di Prancis. Setelah dipilihnya Stephan menjadi penggari Henry I, keluarga Plantagenet tidak tinggal diam, hingga terpecahlah persengketaan berlarut-larut selama pemerintahan Stephan. Setahun sebelum kematian Stephan pada tahun 1154, Stephan dan isterinya Matilda yang menjamin bahwa puternya Henry akan menjadi raja inggris, setelah kematian Stephan. Maka pada tahun 1154 Henry II dinobatkan menjadi raja Inggris, yang merupakan raja pertama dari keturunan Plantagenet.
 Pemerintahan Henry II (1154-1189), sebagai cout of Anjou telah menguasai daerah-daerah luas di Prancis yang meliputi lebih dari separuh negeri itu, melalui perkawinan, diplomasi dan peperangan. Selain itu, melalui hokum, hnery II telah berhasil memperkuat pemerintahan kerajaan, yang merupakan suatu hal yang sangat diinginkan golongan menengah dan bawahan waktu itu. Anarki feudal telah dapat dicegah sebelum sempat menimbulkan akibat-akibat yang lebih serius. Dalam segala tindakannya Henry II dibantu oleh kaum bangswan sehingga mereka saling memercayai.
Ketika henry II berhasil mencegah anarki dalam kerajaannya, justru kegagalan yang terjadi untuk mencegah keluarganya sendiri, kedua puteranya memberontaknya pada tahun 1188 dengan bantuan raja Prancis. Pengkhianatan kedua puternya membuatnya kecewa, dan satu tahun berikutnya Henry II meninggal, yang kemudian digantikan oleh puteranya, Richard I atau lebih dikenal Richard the Lion Hearted, yang lebih dikenal dengan tokoh perang salaib daripada sebagai raja inggris.
PERANG SALIB, dimulai pada tahun 1096dan terputus-putus berlangsung selama dua abad. Perang ini bertujuan untuk merenut kembali Jerusalem dari tangan pemeluk agama islam yang dikabarkan telah memberikan perlakuan kurang baik kepada para peziarah Kristen ke tanah suci. Berikut terjadinya peang salib,
ü  Perang Salib I (1096-1099), berlangsung selama 3 tahun, dan berhasil merebut Tanah Suci dari Bangsa Turki.
ü  Perang Salib II (1147-1150), yang gagal mengusir orang-orang Islam yang telah menduduki kembali ke Tanah Suci.
ü  Perang Salib III (1189-1192), yang juga tidak berhasil merebut Jerusalem dari tangan Sultan Saladin dari Mesir, dan Raja Richard I dari Inggris menjadi termasyur sebagai seorang pemimpin perang yang tangguh.
Meskipun perang salin tidak berhasil mencapai tujuannya dalam merebut Jerusalem, namun akibat perang tersebut telah memperkaya dan memperluas pengalaman serta pandangan mental orang-orang Eropa Barat, yang secara langsung berkenalan dengan kebudayaan orang Timur yang pada masa itu lebih maju.

Pemerintahan Richard I (1189-1199), yang dikenal sebagai raja Perang Salib III, tidak tertarik kepada kepada persoalan pemerintahan, bahkan selama pemerintahaannya ia hanya 6 bulan hadir ke Inggris, hak-hak khusus sebagai raja ia gadaikan kepada adiknya John, dan bangswan-bangsawan kaya.

Sebuah karya sastra yang terkenal pada masa itu diantaranya, Sir Gawain and Green Knight dan The Canterbury Tales, yang akan saya coba paparkan dengan rinci dan jelas.
A.    Sir Gawain and Green Knight
Sebuah karya Puisi yang dibuka dengan akun mitologi pendirian Inggris. Cerita dimulai pada waktu Natal di istana Raja Arthur di Camelot. Ksatria Meja Bundar bergabung, Arthur dalam perayaan liburan dan Ratu Guinevere memimpin di tengah-tengah mereka. Para bangsawan dan wanita dari Camelot telah berpesta selama lima belas hari, dan sekarang adalah Hari Tahun Baru. Semua orang berpartisipasi dalam permainan Tahun Baru, bertukar hadiah dan ciuman. Ketika pesta malam itu, Arthur memperkenalkan permainan baru, ia menolak untuk makan malam sampai ia mendengar cerita yang luar biasa.
Sementara tuan dan wanita pesta, dengan keponakan Arthur, Gawain dan Guinevere duduk bersama-sama di tempat istimewa di meja tinggi, Arthur terus menunggu keajaiban itu. Seolah-olah untuk menjawab permintaan Arthur, seorang ksatria yang tidak diketahui tiba-tiba memasuki ruangan di atas kuda. Ksatria raksasa memiliki wajah aneh. Setiap bagian dari kostum yang rumit nya berwarna hijau, dengan bercampur emas. Kuda besar berwarna hijau, Dia memegang bob suci di satu tangan dan satu kapak hijau dan emas besar yang lain.
Tanpa memperkenalkan dirinya, ksatria menuntut orang-orang untuk bertanggung jawab. Pertanyaannya membuat semua orang terdiam, menunggu Arthur untuk merespon. Arthur melangkah maju, mengundang kesatria untuk bergabung pesta dan menceritakan kisah setelah ia telah turun dari kudanya. Ksatria menolaknya, ia menjelaskan bahwa ia datang untuk memeriksa pengadilan Arthur, karena ia telah mendengar begitu banyak tentang ksatria unggulannya. Dia mengaku datang dengan damai, tetapi ia menuntut untuk terlibat dalam permainan. Arthur mengasumsikan ksatria pada beberapa jenis tempur dan menjanjikan dia berkelahi. Namun, ksatria menjelaskan bahwa ia tidak memiliki kepentingan dalam pertempuran dengan ksatria muda dan kecil tersebut. Sebaliknya, dia ingin bermain di mana seseorang akan menyerangnya dengan kapak sendiri, dengan pengertian bahwa dia bisa menyerang kembali dengan pukulannya yang persis.
Kondisi aneh dari permainan mengejutkan semua. Green Knight mulai mempertanyakan reputasi pengikut Arthur, mengklaim bahwa kegagalan mereka untuk merespon, membuktikan bahwa mereka pengecut. Sir Gawain berdiri dan meminta agar dia diperbolehkan untuk mengambil tantangan tersebut. Raja setuju, dan Gawain membacakan persyaratan permainan untuk menunjukkan Green Knight bahwa ia memahami perjanjian yang telah dilakukan. Green Knight pun setuju lalu membungkukan dirinya ke tanah, memperlihatkan lehernya. Gawain mengangkat kapak, dan dalam satu tebasan kapaknya ia memutuskan kepala Green Knight. Arthur dan Gawain memutuskan untuk menggantung kapak dan kepala Green Knight di atas podium. Merekapun kemudian kembali melanjutkan pesta dan perayaan.

Analisis:
Tema : Seorang kesatria yang yang patuh dan tangguh. Dia memiliki sikap kesopanan, kemurahan, serta tanggung jawab kepada rajanya.
Tokoh dan Penokohan :
a.       Sir Gawain - Tokoh ksatria yang tangguh dan patuh, merupakan keponakan Arthur dan salah satu ksatria yang paling setia.
b.      Green Knight - Seorang pengunjung misterius ke Camelot. Dengan penampilan yang aneh.
c.       Bertilak of Hautdesert - Tokoh yang baik hati penguasa kastil.
d.      Istri Bertilak - istri Bertilak yang mencoba untuk merayu Gawain setiap hari selama tinggal di kastil.
e.       Morgan le Faye – Morgan digambarkan sebagai penyihir yang kuat.
f.       Raja Arthur - Raja Camelot, yang tidak berani melawan tantangan dari Green Knight.
g.      Ratu Guinevere - istri King Arthur yang masih muda dan cantik.

B.     The Canterbury Tales
The Canterbury Tales merupakan sebuah koleksi cerita yang ditulis oleh Geoffrey Chaucer pada abad ke-14 (dua dalam bentuk prosa atau gancaran dan yang lainnya dalam bentuk puisi atau syair). Cerita-cerita ini yang beberapa di antaranya adalah cerita asli dan yang lain tidak, terkandung dalam sebuah cerita bingkai dan diceritakan oleh para peziarah yang berada dalam perjalanan dari Southwark ke Canterbury untuk mengunjungi monumen Santo Thomas Becket di dekat Katedral Canterbury. The Canterbury Tales ditulis dalam bahasa Inggris Pertengahan.
Daftar Cerita:
1.      The General Prologue
2.      The Knight's Tale
3.      The Miller's Prologue and Tale
4.      The Reeve's Prologue and Tale
5.      The Cook's Prologue and Tale
6.      The Man of Law's Prologue and Tale
7.      The Wife of Bath's Prologue and Tale
8.      The Friar's Prologue and Tale
9.      The Summoner's Prologue and Tale
10.  The Clerk's Prologue and Tale
11.  The Merchant's Prologue and Tale
12.  The Squire's Prologue and Tale
13.  The Franklin's Prologue and Tale
14.  The Physician's Tale
15.  The Pardoner's Prologue and Tale
16.  The Shipman's Tale
17.  The Prioress' Prologue and Tale
18.  Chaucer's Tale of Sir Topas
19.  The Tale of Melibee
20.  The Monk's Prologue and Tale
21.  Chanticleer and the Fox
22.  The Second Nun's Prologue and Tale
23.  The Canon's Yeoman's Prologue and Tale
24.  The Manciple's Prologue and Tale
25.  The Parson's Prologue and Tale
26.  Chaucer's Retraction

Beberapa cerita sifatnya serius dan yang lain humoristis. Namun semuanya sangatlah jitu dalam melukiskan sifat dan keburukan karakteristik manusia. Penyalahgunaan agama juga merupakan tema utama. Selain itu Chaucer juga memberi perhatian khusus terhadap tiga pembagian utama masyarakat yang terdiri atas kaum rohaniwan, bangsawan, dan petani. Sebagian besar cerita-cerita ini berhubungan dengan tema-tema yang mirip dan beberapa di antaranya diceritakan sebagai pembalasan bagi beberapa cerita yang telah dikisahkan oleh beberapa tokoh dalam bentuk argumentasi.
Beberapa contoh cerita dalam The Canterbury Tales.
1.      "The Knight's Tale" (bahasa Inggris Pertengahan: The Knightes Tale)
Adalah kisah pertama dalam The Canterbury Tales karya Geoffrey Chaucer. Arcite dan Palamon memiliki hubungan saudara yang dekat, namun mereka ditangkap dan dipenjarakan oleh Theseus, adipati Atena. Sel mereka terletak di sebuah menara yang berpemandangan kebun istana. Suatu hari, Palamon bangun pagi dan melihat Emily di halaman, raungannya terdengar oleh Arcite, yang selanjutnya bangun dan melihat Emily, dan juga jatuh cinta kepadanya. Persaingan akibat cinta membuat Arcite dan Palamon saling membenci. Arcite dilepaskan dari penjara, lalu kembali ke Atena diam-diam untuk bekerja di rumah tangga Emily. Palamon lalu melarikan diri dan bertemu dengan Arcite. Mereka berusaha bertempur, namun Theseus datang, yang menyuruh mereka mengumpulkan orang dan saling berperang. Pemenang dari pertempuran itu akan menikahi Emily. Pasukan telah terkumpul, Palamon berdoa agar Emily menjadi istrinya, Emilypun berdoa untuk tidak menikah dan jika  mungkin ia ingin menikah dengan orang yang ia cintai, dan Arcite berdoa untuk menang. Arcite memenangkan pertempuran, namun tewas sebelum ia dapat mengambil hadiahnya, sehingga Palamon-lah yang menikahi Emily.
2.      "The Wife of Bath's Tale" (bahasa Inggris Pertengahan: The Wyves Tale of Bathe)
adalah salah satu dari kisah dalam The Canterbury Tales karya Geoffrey Chaucer. The Wife of Bath's Tale berkisah mengenai ksatria di istana Raja Arthur yang memperkosa seorang perempuan di ladang gandum. Menurut hukum, ia harus dihukum mati, namun sang ratu menjadi pengantara, dan menghukum sang ksatria dengan menyuruhnya pergi mencari jawaban dari pertanyaan "apa yang paling diinginkan oleh perempuan?" Sang ratu memberikannya waktu satu tahun untuk menemukannya. Jika ia gagal untuk memuaskan ratu dengan jawabannya, sang ksatria akan mati. Ia mencari, namun setiap perempuan yang ia temui menyatakan hal-hal yang berbeda, dari kekayaan hingga pujian. Satu tahun kemudian, dalam perjalanannya kembali, ia bertemu dengan seorang perempuan tua. Perempuan itu berkata akan memberi tahu jawaban dari pertanyaan tersebut jika sang ksatria berjanji melakukan apapun yang diinginkan oleh perempuan itu. Sang ksatria setuju, lalu mereka kembali ke istana. Ia menjawab di depan ratu bahwa apa yang paling diinginkan oleh perempuan adalah kekuasaan terhadap suami mereka, dan ratu menerima jawaban tersebut sebagai jawaban yang benar. Sebagai hadiah, perempuan tua itu meminta sang ksatria menikahinya. Ia menentang, namun tidak dapat menghindar, dan pernikahan berlangsung pada hari berikutnya. Pada malam pertama, sang ksatria menyatakan ia tidak senang karena perempuan itu jelek dan berasal dari keluarga golongan rendah. Sang Ksatria memberikan pilihan kepada istrinya. Merasa senang karena memperoleh kekuasaan atas suaminya, perempuan itu menjadi cantik dan setia, dan mereka hidup bahagia bersama suaminya.
Dari kedua cerita diatas Selalu ada kesamaan. Dalam hal ini cerita dari The Canterbury Tales yang ditulis oleh Chaucer dan Sir Gawain dan Green Knight ditulis anonim keduanya memiliki kesamaan dari ksatria. Tema kedua cerita adalah pertempuran dalam setiap ksatria. Tapi dalam kasus kontroversial, dua ksatria di setiap cerita tersebut memiliki perbedaan-perbedaan mereka.


No comments:

Post a Comment